Halo sobat tani..
Menyimak dari hasil Sdr. Taufik Ismail pada musim gadu tahun ini yang mencapai 11.8 ton per 0.8 Ha, tentunya menjadi banyak pertanyaan bahkan ada juga yang memperdebatkan dari hasil tonase yang fantastis di musim ini, baik dilingkungan pesawahab maupun media sosial.
Saya pikir ini bukan skil bertani namun merupakan suatu sinyalemen dan bentuk evaluasi yang menandakan akan ada titik terang kesejahterhan petani di masa yang akan datang, pasalnya pada masa lalu pada eranya orang tua kita bertani angka 5 ton dianggap mustahil, namun sejalan dengan perkembangan teknologi 5 ton kali ini di anggap kurang memeberi profit yang baik bagi petani.
Hasil tonase tersebut juga menjadi bahan evaluasi dan telah di konsultasikan ke beberpa pakar pertanian seperi DR. Cucu soemantri peneliti dari bbpadi dan tokoh petani handal seperti kang yans, dan babah oto.
Selain dari input yang masuk juga dukungan alam seperti cuaca dan penyinaran sehingga proses foto sintesis berjalan dengan sangat baik.
Kembali pada topik bahasan dengan tonase di atas rata-rata tadi, kronologinya adalah bahwa sodara taufik ismail sebagai petani yang juga sebagai penyuluh di Rengasdengklok menggarap tanah di lahan kantor UPTD pengelolaan pertanian Rengasdengklok berdasarkan data luas memiliki luas lahan sebesar 1 ha yang terdiri dari 0.2 ha untuk halaman dan perkantoran dan 0.8 ha untuk sarana demplot bagi penyuluh.
Teknik budidaya dengan konsep tanaman sehat dengan pola perbaikan lahan terlebih dahulu, tujuanya adalah menyiapkan media tanam agar dapat mengurai pupuk menjadi unsur hara nitrat yang 100% terserap, Karena bagaimanapun juga unsur hara cenderung lebih banyak di ambil melalui akar.
Menurutnya sebelum tanam ada pengaplikasian dolomit, tujuanya agar terjadi pembenahan dengan menaikan ph tanah menjadi netral, selanjutnya ikatan P yang terjerab akibat tanah asam dari peran senyawa AL memfiksasi P kemudian terlepas sehingga P menjadi mobile di dalam tanah dan akar mudah mengambil unsur P di dalam tanah.
Kronologi selanjutnya adalah pada fase vegetatif selama 3 kali berturut-turut selalu mengaplikasikan pupuk organik cair, tujuanya adalah mikroorganisme membantu dalam proses penguraian unsur hara di dalam tanah termasuk penambatan N di udara dan proses pelarutan phospate.
Pemupukan di kutip dari hasil penelitian, dimana keseimbangan unsur hara di persentasekan sebagai berikut :
Untuk memperoleh 1 ton gabah diperlukan :
15% Nitrogen
6% phospate
15% kalium
15% Nitrogen
6% phospate
15% kalium
Target sebelumnya adalah 10 ton per ha, presentase kebutuhan unsur hara adalah :
150% nitrogen
60% phospate
150% kalium
150% nitrogen
60% phospate
150% kalium
Untuk nitrogen dan phospate sudah ada upaya memobailkan di dalam tanah, permasalahan ada di Kalium karena unsur hara K jika diaplikasikan sudah tentu akan meraup kocek dalam-dalam karena kandungan tinggi unsur K ada di KCL sehingga kesimpulanya adalah sebelum tanam membenamkan jerami yang sudah di komposkan.
Unsur K dari kompos jerami berdasarkan hasil penelitian dalam 1 ha adalah 83% unsur kalium, dan kurangnya dari pupuk phonska dan ada dalam aplikasi melalui mulut daun sebagai pupuk pelengkap cair.
Upaya-upaya dalam memberi unsur hara tidak cukup NPK saja unsur makro lainya seperti magnesium sebagai pembentuk klorofil, calsium dan sulfur, selain pemeberian pupuk makro di akar namun pada fase2 tertentu tanaman padi memerlukan asupan unsur hara secara fast release atau cepat untuk menunjang dalam proses pertumbuhanya, misalkan pada fase bunting di berikan PPC yang mengandung NPKMGSU dan mikro penunjang seperti boron silika dll secara seimbang dan spesifik kebutuhanya.
Mengapa PPC atau pupuk daun diperlukan karena pupuk PPC sudah diformulasikan menjadi nutrisi yang siap saji bagi tanaman dan memiliki reaksi yang sangat cepat di banding pupuk di tanah karena sifatnya yang cepat larut dan mudah di serap tanaman melalui mulut daun, fungsinya di butuhkan pada tiap tiap fase genting yang banyak memerlukan energi seperti fase bunting sebai proses pembentukan malai, fase berbunga dan fase pengisian.
Penggunaan ZPT disesuaikan dengan kebutuhan seperti Ga3 di aplikan pada fase pembungaan dengan dosis seperempat dari anjuran, karena tujuanya untuk meningkatkan fungsi pembungaan, pemakaian ga3 tidak bertujuan untuk penyerempakan karena penyerempakan tumbuh hanya bisa dilakukan dengan teknik budidaya seperti ketepatan waktu penyulaman sehingga tumbuhnya padi tidak ada yang terlambat.
Petani banyak beranggapak jika zpt dan fungisida gol azol dapat menyerampakan keluar malai padahal faktanya semua tergantung pada proses produksi padi itu sendiri, input yang paling memadai pada aplikasi ga3 selain untuk mempercepat namun saya beranggapan sebagai penyempurnaan pengisian, karena padi yang berbobot berproses secara bertahap.
Hormon ga3 sudah di dalam dalam bulir padi namun apabila di aplikasikan pada waktu yang tepat akan menjadi dukungan peningkatan hasil, namun demikian akan menjadi malapetaka jika unsur hara kurang tersedia terlebih jika tidak ada air, akuksin sitokinin tidak dapat membantu dalam kondisi kekurangan air yang sapat membantu dalam ketahanan fisologis padi adalah kalium.
Pemberian fungisida bersifat situasional namun diperlukan, tujuanya untuk mengawal daun padi dariulai tutup anal s.d dengan menjelang panen sehingga terproteksi dan tidak mudah terkena jamur, jika padi terkena jamur 1-2 titik saja sangat mempengaruhi dalam proses fisologis tanaman padi itu sendiri.
Pemberian air masih terus berlanjut sampai fase masak penuh di 85 hst, tujuanya adalah selain mendukung penyerpan unsur hara bahwa dalam proses pengisian dan perubahan kemudian menjadi berisi banyak dukungan dari air,, meskipu tidak dinsarakan secara tergenang yang terpenting air tersedian di tanah.
Kesimpulanya adalah komponen-komponen dalam budidaya padi adalah :
1. Iklim
2. Tanah
3. Varietas
4. Nutrisi
5. Pestisida
2. Tanah
3. Varietas
4. Nutrisi
5. Pestisida
Next berlanjut di alam nyata pembahasanya karena adminya sudah mengantuk..